CERMIN KEPEMIMPINAN
Arti
pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartini Kartono, 1994 : 181).
Kita sering mengira hanya bawahan yang sangat ingin
sekali untuk disukai oleh atasannya. Faktanya, setiap atasan pun ingin disukai
oleh bawahannya. Disukai, tidak berarti semua bawahan mengagung-agungkan,
memuji-muji,
atau hal-hal superficial lainnya. Secara esensi, disukai bawahan lebih bermakna
pengakuan dalam hati bawahan bahwa atasannya sudah menjalankan fungsinya dengan
sebaik-baiknya. Jadi, meskipun mereka sering protes, misalnya; mereka tetap
mengakui bahwa kita adalah atasan yang baik. Apakah Anda sudah menjadi atasan
seperti itu?
5 hal yang menyebabkan
bawahan sebel sekali kepada atasannya. Menghindarinya akan meningkatkan
efektivitas kepimimpinan seorang atasan. Berikut ini uraiannya.
1.
Sok kuasa. Setinggi apapun jabatan
seseorang, jika hal itu hanya menyebabkannya sok kuasa maka dia hanya akan
mendapatkan cemoohan ‘tidak terdengar’ dari orang-orang yang dipimpinnya.
Mengapa? Karena tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang menyukai
orang-orang sok kuasa. Oleh para ‘licker’ sikap sok kuasa atasan bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan mereka sendiri, sehingga akan memperburuk
suasana. Mereka yang pandai mencari muka atasan berebut untuk mendekat,
sedangkan mereka yang benar-benar professional akan semakin tersisih. Atasan
yang sok kuasa, jarang yang mampu untuk membangun kinerja team secara optimal.
2. Tidak sejalan antara kata
dan perbuatan. Apa yang bisa dipegang
dari seorang manusia selain kata-katanya? Maka setiap kata yang diucapkan oleh
seorang atasan adalah jaminan dari perilaku dan tindakannya. Sikap plin-plan,
sangat membingungkan bawahan. Kebiasaan untuk ‘menelan ludah sendiri’,
menyebabkan hilangnya kepercayaan dari bawahan. Menyuruh bawahan berdisiplin
sedangkan dirinya sendiri bertindak sesuka hati, sangat menyebalkan bagi
bawahan.
3. Melempar tanggungjawab
kepada bawahan. Fungsi atasan adalah untuk
memastikan bahwa setiap orang yang ada dalam unit kerja yang dipimpinnya dapat
menjalankan perannya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Jika hasilnya tidak
sesuai harapan, maka kewajiban atasan untuk mengambil tanggungjawab; lalu
mengambil langkah-langkah perbaikan. Selain menandakan ketidakmampuan dalam
memimpin, melempar tanggungjawab juga sangat melukai perasaan bawahan. Makanya,
atasan yang seperti itu sangat dibenci oleh bawahan.
4. Mengklaim keberhasilan team
sebagai prestasi pribadinya. Tidak ada prestasi tinggi
yang kita buat sendirian. Pasti ada kontribusi orang lain dalam setiap
pencapaian tinggi yang kita raih. Apalagi jika kita berada pada posisi yang
tinggi; pastilah orang-orang yang kita pimpin lebih banyak bekerja daripada
kita. Memang benar, ada kontribusi kepemimpinan kita yang menyebabkan mereka
bekerja dengan baik. Namun, kepemimpinan sama sekali tidak memiliki makna tanpa
mereka yang kita pimpin. Jadi, mengklaim pencapaian team seolah-olah prestasi
atasan semata sungguh berlawanan dengan logika maupun hati nurani.
5. Sering menghilang, pada saat
seharusnya berada di tempat. Memang benar, kinerja
bagus bawahan tanpa kehadiran atasan menunjukkan efektivitas kepemimpinan.
Tetapi, jika atasan sering menghilang pada saat seharusnya mereka ada;
memperlihatkan adanya masalah dalam kepemimpinan. Jika berada di luar kantor
pada jam kerja, maka seharusnya itu untuk urusan dan kepentingan kantor juga. Berada
dimanapun tetap tepat, jika seorang atasan focus kepada tugas-tugas yang harus
diembannya sebagai seorang pemimpin.
“ Kematangan kepemimpinan seseorang bukanlah status yang statis, melainkan
sebuah proses dinamis yang berjalan dari waktu ke waktu. Satu hal yang berlaku
secara universal; atasan yang baik itu, pasti dihormati dan disegani oleh
bawahannya “
Komentar
Posting Komentar